Minggu, 23 Mei 2021

How To Elevate My Style?!

Penampilan saya selalu dinilai berantakan, entah kenapa saya nampak ga oke, atau saya ga PD dengan apa yang saya pakai. Kenapa ya?

Mungkin kamu perlu mengikuti beberapa panduan berikut ini buat mendapatkan looks yang lebih sharp dan membuat penampilan kamu naik satu level.

1. Fits is a must
Hal pertama yang saya pelajari ketika mulai membangun waredrobe saya adalah terkait pakaian yang fit di badan. Ingat, fit disini bukan berarti kita harus beli yang slim fit ya! Tapi kita harus membeli pakaian yang ukurannya pas.
Untuk baju, Pastikan panjang lengan, panjang torso, tidak terlalu panjang. Pastikan jahitan di bahu jatuh tepat di pangkal bahu, pastikan kancing tidak saling tarik. 
Untuk celana, pastikan tidak ketat dan nyaman dipakai duduk, pinggang kita masuk, dan ujung celana tidak terlalu panjang.
Memakai pakaian yang fit dengan badan akan membuat kita terlihat lebih profesional. Itulah kenapa banyak fashion vlogger menyarankan buat ke penjahit dan me-readjust pakaian mereka.

2. Pilih bahan yang nyaman
Kalau tadi konteksnya adalah ukuran, maka sekarang adalah bahan. Yap, tujuan utama menggunakan pakaian adalah menutup aurat kita to? Dan sejatinya kita bukan model yang pekerjaannya menggunakan berbagai macam pakaian. Pilih pakaian yang nyaman dipakai. Kalau nyaman pasti, kita seneng pakai-nya, kalau senang, pasti kita pede.
Dulu, saya pernah dibelikan jaket berbahan suade yang sangat tebal. Alasannya karena saya tinggal di daerah dingin saat SMA. Tapi, akhirnya jaket itu ga pernah saya pakai. Karena se dingin-dinginnya tempat saya tinggal, Indonesia tetaplah negara tropis. Jadi ga akan nyaman pakai jaket tebal.

3. Jangan jadi brand berjalan
Ada orang yang dari atas sampai ke bawah, luar sampai ke dalam pakai produk dari brand yang sama. Apakah keren? Jawabannya tentu aja kurang. Kecuali kamu adalah brand ambassador dari sebuah merk, kayaknya kamu ga punya alasan melakukan hal ini. Percaya deh, mix and match beberapa brand jauh lebih baik. Alasannya simpel, karena tiap brand punya power di lini masing-masing. Misal, kalo kaos uniqlo cenderung oke, celana? Saya lebih pilih H&M. Sepatu? Ya tinggal jenisnya, tapi vans aman buat saya.

4. Keep it clean and simple
Pakaian dengan logo (apalagi yang besar banget) bukan opsi yang bagus buat di beli. Kenapa? Karena logo akan membuat pakaian itu jadi punya keterbatasan dalam pemakaian. Begitu juga printed shirt yang kita dapat dari event atau kita beli sebagai souvenir. Item seperti ini tidak timeless. Cuma bisa kita pakai sampai akhir 20an. Hal ini juga berlaku buat sepatu. Di usia 30an, saya masih terlihat cocok memakai sneakers putih polos saya yang siluetnya sederhana. So, keep it clean and simple

5. Pahami konsep monocrome, complementary, dan analogue
Sebenarnya kalau kita punya pakaian yang warnanya earth color tone, kita ga usah bingung tuh tentang 3 konsep diatas. Karena earth color tone sudah pasti mencakup ketiganya. Jadi kita ga usah bingung. Tapi kalau mau agak bereksplorasi pastikan atasan dan bawahan warnanya mokromatis, complementary, atau analogus.
Monokrom artinya sewarna tapi berbeda gradasi. Contoh, kaos abu abu dengan celana hitam. Atau kemeja biru muda dengan celana jeans warna biru gelap.
Komplementer artinya warna pakaian saling melengkapi. Untuk lebih mudahnya kita pakai warna pelangi. Merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu. Warna merah komplementernya adalah hijau. Oranye komplementernya warna biru, kuning komplementernya adalah ungu. Menggunakan warna ini sebagai paduan warna akan sangat oke.
Analogus artinya warna yang senada atau bertetangga. Misal, warna merah dipadukan dengan oranye atau ungu akan lebih masuk daripada merah dengan kuning misal. Atau biru akan lebih masuk dengan hijau dan ungu. Karena warna ini analogus.
Ya cuma daripada pusing pusing, ingat punya pakaian warna dasar hitam, abu, putih, ditambah earth color tone, sudah pasti mencakup semua.

6. Sepatu, ikat pinggang, dan aksesoris lain adalah supporting character
Dalam berpakaian, karakter utamanya adalah atasan dan bawahan. Sementara item lain adalah pelengkap. Jadi jangan diperlakukan terbalik. Banyak orang beli sepatu nike atau adidas mahal yang tag nya ada dimana mana, justru membuat sepatu kelihatan mencolok. Contoh lain, pakai ikat pinggang dengan buckle supermen, ukuran besar, bisa muter lagi, keren kah? Tidak, norak iya. Atau ada lagi yang pake kalung dari rantai pager. Ini mencolok banget. Belum lagi urusan warna. Ada yang punya sepatu warna gold mengkilat misal, ini terlalu mencolok. Kelemahan dari menunjukkan aksesoris secara berlebih adalah membuat perhatian tertuju pada aksesori atau sepatu kita. Akhirnya membuat orang tidak aware dengan penampilan kita secara keselurhan.

7. Do not follow the trend
Yap, trend hanya bertahan sebentar saja. Fokuslah pada timeless item. Fokus pada warna yang tidak akan lekang oleh waktu. Fokus pada model yang sudah dipakai puluhan tahun lalu dan masih dipakai sekarang. Contoh timeles item misalnya converse chuck tylor. Sudah ada sejak seabad lalu dan masih keren dipakai di masa sekarang. Mungkin sekarang orang sedang hype sama chunky shoes, tapi pertanyaanya, apakah setelah umur kita diatas 30an misal, kita masih akan oke pakai chunky shoes?